Pemain senior timnas Indonesia Bambang Pamungkas membantah pertemuan beberapa pemain timnas dengan Alfred Riedl adalah sebuah pertemuan yang digelar untuk menyepakati pemboikotan timnas. Melalui laman resminya, www.bambangpamungkas20.com, Bambang mengaku pertemuan tersebut diadakan sebagai acara silaturahim untuk sekadar menyampaikan rasa terima kasih dan ucapan perpisahan.
Bambang menyatakan pertemuan tersebut sebenarnya telah direncanakan sejak tanggal 14 Juli, bahkan Bambang sudah meminta izin kepada ketua umum PSSI Djohar Arifin Husein terkait dengan niat pemain timnas untuk menemui Riedl. Namun, karena padatnya kegiatan, pertemuan tersebut akhirnya terus ditunda.
"Pada tanggal 14 Juli di Hotel Kartika Chandra, ketua umum PSSI yg ketika itu didampingi wakil ketua umum beserta beberapa anggota Exco baru PSSI menemui kami para pemain. Saat itu terjadi dialog yang sangat hangat antara para pemain dengan pengurus PSSI yang baru, guna membahas kelangsungan tim nasional yang lebih baik dimasa yang akan datang," tulis Bambang di laman resminya.
"Pada kesempatan terpisah setelah pertemuan tersebut, secara pribadi saya menyampaikan kepada Ketum dan Waketum PSSI jika saya dan beberapa pemain berencana menemui Alfred Riedl untuk sekedar menyampaikan salam perpisahan dan rasa terima kasih. Saat itu Ketum dan Waketum mengizinkan dan mendukung hal tersebut, menurut mereka hal tersebut baik untuk menjaga silaturahmi."
"Pada perkembangannya, dikarenakan satu dan lain hal pertemuan itu sendiri tidak pernah dapat terlaksana. Kesibukan kami dalam persiapan timnas guna menghadapi play off melawan Turkmenistan dan kesibukan Alfred dalam mengurus kasusnya dengan PSSI, membuat kami pada akhirnya harus menunda pertemuan tersebut sampai dengan batas yg belum ditentukan."
Dan akhirnya rencana pertemuan antara pemain timnas dengan Riedl tersebut terealisasi pada tanggal 7 September sore atau satu hari setelah kekalahan yang diderita timnas Indonesia dari Bahrain. Dan karena digelar mendadak, Bambang mengungkapkan hanya ada tiga pemain yang menghadiri pertemuan tersebut, yaitu Bambang, Markus Horison dan Firman Utina.
"Pada tanggal 7 September siang hari akhirnya disepakati jika kami akan minum teh di Plaza Senayan pada sore hari, ketika itu Alfred meminta saya untuk memilih tempatnya. Dan dengan sangat yakin sayapun memilih salah satu restaurant favorit saya di Plaza Senayan yaitu Roemah Rempah, yang berada di lantai 4 tepat di bawah XXI Cinema," tulis Bambang.
"Saya sempat menyampaikan rencana pertemuan saya tersebut kepada beberapa pemain timnas yang berdomisili di Jakarta. Beberapa pemain menyampaikan keinginannya untuk bertemu Alfred Riedl, akan tetapi dikarenakan rencana ini sangat mendadak dan kesibukan pemain-pemain sendiri, akhirnya hanya ada 3 orang pemain yang bertemu dengan Alfred Riedl dan Wolfgang Pikal sore itu (Bukan 7 pemain seperti yang berkembang di media masa). Pemain tersebut adalah saya (Bambang Pamungkas), Firman Utina dan Markus Horison."
Bambang membantah dalam pertemuan tersebut Riedl memprovokasi pemain-pemain timnas untuk melakukan mogok main. Bambang mengungkapkan adanya pemogokan terjadi sehari sebelum pertemuan digelar atau pada tanggal 6 September tengah malam, dan Bambang sendiri baru tahu dua jam berikutnya setelah mendapat informasi dari manajer timnas Ferry Kodrat.
"Dalam perbincangan tersebut tidak ada sedikitpun ucapan Alfred yang terkesan memprovokasi kami untuk melawan Wim Rijsbergen, seperti asumsi yang berkembang di masyarakat luas. Kabar tujuh pemain nasional yang menyatakan tidak ingin bermain di bawah asuhan Wim Rijsbergen, sejatinya sudah terjadi sejak malam setelah pertandingan tanggal 6 september. Sedang kami sendiri baru bertemu dengan Alfred dan Wolfgang pada tanggal 7 September, sore hari," lanjut Bambang.
"Jadi jika ada berita yang beredar bahwasanya pertemuan saya dengan Alfred Riedl lah yg menyebabkan tujuh pemain tidak bersedia dipanggil timnas jika Wim Rijsbergen masih menangani timnas, jelas sebuah kesalahan besar. Sedekar untuk diketahui, jika tujuh pemain yang menyatakan tidak bersedia bermain di bawah Wim tersebut, menyampaikannya kepada manajemen timnas sesaat setelah pertandingan selesai, atau pada kisaran pukul 24:00 WIB tanggal 6 September. Sedang saya sendiri baru mengetahui berita tersebut dari Manager tim nasional Ferry Kodrat, saat beliau memanggil saya ke kamarnya pada pukul 02:00 pagi hari tanggal 7 September. Jadi logikanya bagaimana mungkin pertemuan sore itu tanggal 7 September dapat mempengaruhi keputusan yang sudah dibuat tadi malam tanggal 6 September, sangat tidak mungkin bukan."
"Sejujurnya hal yg membuat pemain sangat kecewa kepada Wim Rijsbergen adalah komentar beliau sesaat setelah pertandingan, yang terkesan melempar segala kesalahan kepada pemain. Saya yakin semua pemain kecewa dengan komentar tersebut, akan tetapi sejauh ini hanya 7 pemain yang menyampaikan keberatan untuk bermain di bawah asuhan Wim di tim nasional."
"Pertemuan saya, Firman, Markus, Wolfgang dan Alfred sendiri lebih kepada ucapan perpisahan dalam kapasitas sebagai sahabat, tidak lebih dan tidak kurang. Dan apakah ada yang salah mengenai hal tersebut, saya rasa tidak. Jika dilihat dari waktu pertemuannya, mungkin memang sedikit kurang tepat, akan tetapi pada kenyataannya hanya pada hari itu saya mempunyai kesempatan untuk dapat bertemu dengan Alfred. Jika saya tidak melakukannya sore itu, mungkin saya tidak akan memiliki kesempatan lagi untuk mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal kepada Alfred Riedl."
Bambang juga menyatakan pertemuan tersebut memang tidak untuk dirahasiakan sehingga digelar di tempat terbuka yang dapat memancing khalayak ramai. Namun bila pertemuan tersebut tetap dipermasalahkan, Bambang dengan tegas menyatakan kesediaannya untuk dipanggil Komisi Disiplin PSSI.
"Jika acara tadi bertujuan negatif dan dirahasiakan, mengapa kami tidak bertemu di apartement Alfred saja atau sebuah hotel misalnya, yang tidak memancing perhatian khalayak ramai. Sekali lagi karena acara ini tidak mengandung tendensi apapun, maka kami membuatnya di sebuah restaurant yang berada di pusat perbelanjaan yang sangat terkenal di ibukota negara ini."
"Jika pada akhirnya pertemuan saya dengan mantan pelatih saya tersebut, mengusik ketenangan instansi PSSI. Maka secara pribadi maupun sebagai kapten tim nasional, saya bersedia dan siap dipanggil Ketua Komisi Disiplin Bernard Limbong guna dimintai keterangan, seperti berita yang berhembus di Jakarta hari ini (9 September 2011)."
0 komentar:
Post a Comment